Santri Aswaja Lestarikan Tradisi Rebana

Add caption

KESENIAN rebana masih sangat melekat di Pondok Pesantren Durrotu Ahlussunah Waljamaah (PPDAW) Banaran, Desa Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Semarang, yang hampr 100% santrinya adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Rebana adalah salah satu kesenian musik yang bernapaskan islami. Alat musik yang digunakan merupakan sejenis gendang dengan selembar kulit hewan yang direntangkan pada kerangka kayu yang berbentuk lingkaran dengan diameter yang berbeda-beda. Sebagian alat ada yang tepi kerangkanya diberi kepingan logam sehingga menghasilkan suara gemerincing jika diguncangkan atau digerakkan.

Selain setiap malam Jumat selalu dimainkan sebagai pengiring pembacaan Albarjanji atau Shimtudhuror, belum lama ini, PPDAW mengadakan lomba rebana antarkelas yang diikuti oleh santri PPDAW. Kelas di sini diambil dari kelas Madrasah Diniyyah yang merupakan salah satu kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran di PPDAW tersebut. Lomba rebana ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Haflah Akhirusanah ke XXII yang diadakan oleh panitia. Bertempat di halaman depan pesantren diikuti oleh 8 peserta untuk masing-masing kelas mengajukan 2 kelompok, putra dan putri. Dengan demikian, terdiri dari 4 kelompok putri dan 4 kelompok putra. Acara ini dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai selesai. Para peserta lomba memukul rebana dengan semangat anak muda.

Perlu Dipopulerkan

Muhaimin selaku ketua panitia HAS ke XXII menuturkan bahwa tujuan diadakannya lomba ini adalah untuk melestarikan dan mempopulerkan kembali tradisi rebana yang sudah mulai jarang diperdengarkan di masyarakat. “Melestarikan seni tradisi adalah dengan cara menampilkannya supaya tetap populer di masyarakat,” tambahnya.
Memang jika dilihat, seiring dengan kemajuan zaman, tradisi tetabuhan yang sudah melekat di tanah air ini sudah tak lagi diminati oleh khalayak. Salah satu penyebabnya adalah minat yang masih kurang dari para generasi muda untuk tertarik dengan kesenian yang banyak mengandung pesan-pesan moral di dalamnya. Biasanya rebana dijadikan tetabuhan pengiring arak-arakan dalam berbagai resepsi, seperti pengiring mempelai ke pelaminan, khitanan, akikah, ataupun dalam penyambutan tamu besar.

Selain itu, tradisi rebana ini sendiri dapat digunakan sebagai media untuk menyalurkan pesan-pesan moral seperti berdakwah. Kembali lagi adanya kesenian modern dapat menggeser nilai-nilai yang ada jika budaya kesenian rebana tidak dipopulerkan.
(Dina Wiratuningsih, Mahasiswa Unnes
jurusan Pendidikan Geografi-72 edisi 09 Juli 2012)

0 Comments:

Post a Comment



Blogger Template by Blogcrowds