Terperangkap Pada Sebuah Rasa

Ayunan malam tak jua mengantarku pada kenyamanan lelap
Layaknya aku telah terperangkap pada sebuah rasa
Rasa yang selalu ingin aku ingkari
Tidak pernah benar-benar aku berani
Sungguh sedikitpun tak ada nyali
Untuk membisikkannya pada netra dunia
Mengabarkan sebuah romantisme sederhana
yaitu kejujuran. . . . . . . .

Kadang-kadang aku hanya mengetuk tepian kayu pintunya saja
Terlalu takut jika harus benar-benar mengetuk
Lantas masuk dan singgah
Biarlah jika harus berdiri berjam-jam
Sekedar memandang lewat jendela milikku sendiri

Aku tak mudah mengupas jiwaku
Kemudian memancarkannya pada orang lain
Begitulah, sudah terbiasa bersemayam dengan diam

Akupun sadar telah datang dan pergi
Kala aku lupa tentang kelembutan sukma
Diam-diam aku berusaha mengusir deru
yang berkecambah begitu dalam
Tapi begitu terasa berdesir di dada

Dengan besandar pada restu kerelaan
Jangan tanya apa. . . . .
Lebih dari sekedar nyanyian renungan
Lebih dari semua itu
Aku malu. . . . . .

0 Comments:

Post a Comment



Blogger Template by Blogcrowds